Showing posts with label kisah 25 nabi dan rasul. Show all posts
Showing posts with label kisah 25 nabi dan rasul. Show all posts

August 12, 2018

Kisah Nabi Yunus As.

Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Yunus AS - Nama lengkapnya ialah Yunus bin Mata. Beliau diutus Allah pada kaum Niwana yang mendiami negeri Maushil. Kaum ini sudah tidak lagi menyembah Allah, namun berhala. Mereka menyukai perbuatan maksiat. Melihat hal ini nabi Yunus merasa prihatin. la berusaha untuk menyadarkannya, namun hanya beberapa orang saja yang mengikutinya. 

Nabi Yunus diangkat dan diutus Allah untuk menegakkan keadilan dan mengajak pada jalan kebenaran setelah berumur 33 tahun. Siang malam nabi Yunus melakukan dakwahnya. Namun kaum Niwana yang ikut dan mengakui kerasulannya hanya beberapa orang saja. Allah akan memberi peringatan pada kaumnya. 

Seperti kaum kafir terdahulu, maka kaum ini tidak percaya dengan siksaan yang didatangkan Allah. Setiap kali nabi Yunus berdakwah maka kaum Niwana selalu mengejeknya. Karena nabi Yunus sudah merasakan kesulitan menghadapi kaumnya, maka iapun berdakwah sambil memberi ancaman. 

" Jika kalian tidak menghentikan penyembahan terhadap patung itu, niscaya Allah akan menurunkan azab-Nya, "seru nabi Yunus suatu hari. 

" Kapan datangnya azab yang diturunkan Tuhanmu itu, "tantang mereka. Tanpa pikir panjang lagi nabi Yunus menjawab tinggal 30 hari lagi. Namun setelah dinanti-nanti kaum itu, azab yang dijanjikan nabi Yunus belum ada juga. Hal ini membuat kegelisahannya. Sebab tidak mungkin kaumnya akan mengejek lebih menyakitkan. 

Di saat itulah turun wahyu Allah yang memberi tahu nabi Yunus bahwa azab akan diturunkan kurang sepuluh hari lagi. Setelah mendapat wahyu itu, ia kembali pada kaumnya dan mengatakan bahwa azab kurang sepuluh hari lagi. Mendengar ucapan nabi Yunus seperti itu kaumnya malah mentertawakannya. Mereka bilang bahwa omongan nabi Yunus hanya bohong belaka. 

Sebelum azab itu diturunkan, nabi Yunus dan pengikutnya terlebih dahulu meninggalkan kota. la takut akan terkena azab itu. Namun kepergiannya tidak mendapat izin dari Allah, sehingga ia terpisah dari pengikutnya. 
Setelah empat puluh hari, maka azab itupun datang. Mula-mula mendung yang hitam pekat menaungi perkotaan. Melihat hal itu, semua kaum Niwana mencari nabi Yunus. Mereka berjanji dalam hati akan meninggalkan sesembahannya dan beriman kepada Allah, Namun nabi Yunus sudah berada jauh dari kota, sehingga tidak mendengar rintihan kaumnya. 

Nabi Yunus berada di tepi laut. la sangat takut dengan kaumnya jika sampai menyiksa dirinya. Sebentar-sebentar ia menoleh ke belakang. Di saat demikian ia tidak lagi memikirkan pengikut yang diajaknya. la kebingungan, sebab hendak menghindar dari kaumnya yang sudah ada di jalan lagi. Di depan mata terhampar lautan bebas. 

Pada saat itulah Allah menolong dengan mengantarkan sebuah kapal. Mengapa demikian ? Sebab kapal itu sebenarnya tidak menuju ke tempat nabi Yunus berdiri. Dengan serta merta nabi Yunus masuk ke kapal tanpa sepengetahuan anak buah kapal. 

Setelah itu berangkatlah kapal tersebut. Setiba ditengah lautan tiba-tiba datanglah ombak dan badai. Kapal itu tampak oleng dan hendak tenggelam. 

"Tidak seperti biasanya ada badai. Tentu ada pelarian yang telah menyusup di kapal ini, "kata kapten kapal. Kemudian ia membuat undian. Semua penumpang diharapkan berkumpul. Setelah diundi ternyata jatuh pada nabi Yunus. Hal ini dilakukan berulang kali, sehingga yakinlah kapten kapal bahwa nabi Yunus orang pelarian. 
" Demi keselamatan orang banyak, maka saya harap agar anda menceburkan diri ke laut. Sebab kapal ini tidak mau ditumpangi orang pelarian, "kata kapten kapal pada nabi Yunus. Sebenarnya ia tidak tega mengatakan demikian, namun apa boleh buat demi keselamatan semua penumpang terpaksa ia mengatakan juga. 

Nabi Yunus tidak dapat membela diri, akhirnya ia menjatuhkan diri ke laut bebas. Ternyata benar kata-kata kapten kapal, sebab sepeninggal nabi Yunus lautan tenang kembali. Sungguh malang nabi Yunus. Meskipun demikian Allah menyelamatkannya dari kematian. Tidak lama setelah ia menceburkan diri datanglah seekor ikan hiu yang langsung menelannya. Semula nabi Yunus tidak mengetahui kalau dirinya telah berada dalam perut hiu. 

Setelah sadar bahwa ia berada di dalam perut hiu, serta merta mengucapkan doa. la baru menyadari kekhilafannya yang telah pergi meninggalkan kaumnya tanpa seijin Allah. Do'a yang dipanjatkan nabi Yunus itu telah diabadikan dalam Al Qur'an surat Al Anbiyaa' ayat 87. 


Artinya: Tiada Tuhan yang patut dipuja kecuali Engkau satu-satunya. Maha Suci Engkau ya Allah. Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzaiim. (Al Anbiyaa': 87) 

Setelah ia berada di dalam perut hiu beberapa hari lamanya barulah Allah mengeluarkan dirinya. Dengan tubuh yang lemah ia melangkah ke daratan. Allah memberi naungan berupa pohon labu. Sehingga ia tampak pulih kembali dan Allah menyuruhnya untuk kembali pada kaumnya

Kaum Niwana menyambut kedatangan nabinya dengan penuh suka cita. Mereka menceritakan bagaimana azab itu hendak ditimpakan kepadanya. Dan semenjak itulah kaum Niwana beriman kepada Allah.

Sumber : google.com

Kisah Nabi Ilyasa As

Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Ilyasa AS - ilyasa adalah putra angkat nabi llyas. Al Qur'an tidak banyak menceritakan tentang kehidupannya. Meskipun demikian ia termasuk nabi-nabi dari golongan bani Israil.

Pada masa nabi llyasa, semua penduduk hidup tenteram dan mematuhi semua perintah agama yang diberikan nabinya. Mereka menyembah pada Tuhan dan tidak pernah menyembah selain itu. 

Namun setelah kepergian nabi llyasa, kaumnya menjadi rnurtad karena mereka melupakan ajaran kebenaran yang dibawa nabi llyasa. Mereka mendustakan agama Allah. Dan hal ini berlangsung hingga lama. Mereka lebih suka berbuat kemaksiatan. 

Dalam Surat Al An'am ayat 86 telah diterangkan pangangkatan nabi llyasa: 


Artinya: 
Dan lsmail, llyasa; Yunus dan Luth, masing-masing Kami lebihkan derajatnya atas umat (dimasanya) 

Allah juga mengangkat nabi llyasa' sebagai nabi pilihan. Hal ini diterangkan dalam Al Qur'an surat Shod : 48. Artinya : 

Dan ingatlah akan Ismail, llyasa', dan Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.

Sumber : google.com

Kisah Nabi Ilyas As

Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Ilyas AS - Nabi Ilyas adalah keturunan nabi Harun yang telah menjadi nabi bersamaan dengan Musa AS. la merupakan keturunan yang keempat. Nabi Ilyas As. diutus Allah untuk membenahi akhlak kaumnya yang sudah lupa dengan ajaran nabi Harun dan nabi Musa.

1. Dakwah Nabi Ilyas 
Kaum nabi Ilyas telah melupakan dan meninggalkan ajaran nabi Harun dan Musa AS. Mereka tidak lagi menyembah Allah. Namun mereka menyembah berhala yang bernama Ba'laa. 

Melihat kerusakan ini Allah mengutus nabi Ilyas agar menasehati kaumnya. 

" Wahai kaumku, hentikan penyembahan kalian pada berhala wanita itu. Apakah kalian tidak berpikir kalau patung itu hanya sebuah batu yang tak dapat menolong kesulitan, "dakwah nabi Ilyas kepada kaumnya. 

"Apakah kalian telah melupakan ajaran Harun dan Musa yang benar itu. Ataukah kalian tidak takut dengan siksa Allah, "tambahnya. 

Namun kaumnya yang telah tertutup hatinya tidak mau mendengarkan teriakan nabi Ilyas. Mereka malah mendustakan nabi Ilyas 

Dakwah nabi Ilyas selalu mendapat rintangan. Meskipun demikian ia tidak pernah berhenti sampai disitu. Siang dan malam nabi Ilyas melakukan seruannya seperti yang telah tertera dalam Al Qur'an surat Ash-Shofat ayat 124 sampai 126: 


Artinya: 
Ingatlah ketika Ilyas berkata pada kaumnya : "Mengapa kamu tidak bertakwa. (Ash-Shofat: 124) 
Patutkah kamu menyembah Ba'al dan kamu tinggalkan sebaik-baiknya Pencipta. (Ash-Shofat: 125) 
(yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu. (Ash-Shofat: 126) 

Demikianlah Allah mengabadikan seruan nabi Ilyas dalam Al Qur'an agar umat manusia sesudahnya mau meninggalkan perbuata maksiat. 

Kaum nabi Ilyas adalah kaum yang tidak takut dengan semua ancamannya. Pernah suatu ketika nabi Ilyas menakut-nakuti mereka dengan suatu ancaman. Namun mereka malah rnenantangnya dan ingin melihat serta merasakan ancaman itu. 

Karena nabi Ilyas tidak mampu lagi mengajak kaumnya pada jalan kebenaran, maka ia pun berdoa. 
" Ya Allah ya Tuhanku, berilah peringatan pada mereka agar mau mengakui kerasulanku dan mau kembali ke jalan-Mu, "doa nabi Ilyas. 

Allah mengambulkan doa itu sehingga datanglah musim kemarau yang mematikan semua tanaman dan hewan ternak. Kemarau itu begitu panjang dan ini dirasakan oleh kaumnya. 

Kaum nabi Ilyas semula meminta perlindungan dari berhala namun kemarau tetap berlangsung. Akhirnya mereka mendatangi nabi Ilyas dan meminta padanya agar kemarau itu cepat berakhir. 

" Jika kalian betul-betul mengakui kerasulanku dan beriman kepada Allah, maka aku akan meminta pada-Nya agar kemarau itu berakhir, "kata nabi Ilyas. Kemudian ia berdoa agar kemarau itu berakhir. 

Allah mengabulkan permintaannya, dan datanglah hujan yang lebat sekali. Kaumnya dapat lagi menanam gandum dan memelihara ternak lagi. Namun keinsyafan mereka tidak berlangsung lama, sebab mereka mendustakan kerasulan Ilyas dan tidak mau beriman kepada Allah lagi. 

Karena iapun berdoa agar Allah menimpakan azab-Nya. Allahpun mengabulkan doanya. Tidak lama kemudian datanglah azab itu berupa gempa yang maha dahsyat dan mampuslah orang-orang kafir itu.

Sumber : google.com

Kisah Nabi Sulaiman As

Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Sulaiman AS - Sulaiman adalah putra nabi Dawud. Beliau diangkat menjadi nabi dan rasul sepeninggal ayahnya. Allah juga mewariskan ilmu Dawud kepada nabi Sulaiman. Sehingga ia dapat berbicara pada binatang, angin, jin dan tumbuh-tumbuhan.

Hal itu telah diterangkan dalam Al Qur'an surat An-Naml ayat 15 yang berbunyi : 
  


Artinya: Dan sungguh Kami telah memberikan kepada Dawud dan Sulaiman dan keduanya mengucapkan : "Segala puji bagi Allah yang telah melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman". (An-Naml: 15) 

1. Semut dan Nabi Sulaiman 
Suatu ketika nabi Sulaiman mengajak bala tentaranya bermusyawarah. Hadir di situ sekelompok manusia, jin dan burung serta angin. Kemudian mereka berjalan hingga menemukan sebuah lembah yang dihuni oleh beragam binatang. Saat itu ada kelompok semut yang membuat rumahnya di dalam tanah dan ada yang keluar. Karena semut itu takut terinjak Sulaiman dan tentaranya maka berkatalah pemimpinnya. 

" Wahai rakyatku, masuklah ke dalam rumahmu agar tidak terinjak Sulaiman dan bala tentaranya, "kemudian masuklah semut-semut itu berlindung dalam tanah. 

Semua bala tentara yang mengikuti nabi Sulaiman tidak ada yang mendengar atau mengerti dengan ucapan semut itu. Hanya nabi Sulaiman yang mendengarnya. Secara tidak langsung semut itu telah mengingatkan kenabiannya. 

" Ya Tuhanku, jadikanlah aku seorang yang selalu mensyukuri nikmat-Mu dan masukkanlah ke dalam golongan orang saleh yang mendapat ridlo-Mu, "kata nabi Sulaiman setelah mendengar pembicaraan semut. 
Karena ia telah mendengar seruan semut pada rakyatnya, maka ia dan bala tentaranya menyimpang dari rumah-rumah semut itu. 

2. Khabar Dari Burung Hud-hud 
Suatu hari nabi Sulaiman mengumpulkan semua bala tentaranya yang terdiri dari kelompok manusia, jin, dan angin. Semua kelompok burung hadir dan satu yang tidak ada, yaitu Hud-hud. Ketika mengetahui jika burung Hud-hud tidak ada, maka iapun berkata untuk mencabut bulunya. 

Sebelum hal itu dilakukan, datanglah burung Hud-hud dengan tergopoh-gopoh seraya merundukkan dirinya. 
" Ampun baginda, sebenarnya hamba telah pergi jauh tanpa seijinmu. Namun kedatanganku membawa berita yang benar, "kata burung Hud-hud dengan suara berbata-bata. Tanpa diminta oleh nabi Sulaiman Hud-hud pun bercerita. 

Nabi Sulaiman akhirnya mengampuni kesalahan burung Hud-hud karena la telah menunjukkan suatu negeri yang dipimpin oleh seorang ratu. Ratu itu ialah Bulqis dan ingkar kepada Allah. Oleh sebab itu nabi Sulaiman menyuruh burung Hud-hud untuk mengantarkan suratnya kepada ratu Bulqis. Isi surat itu berupa seruan agar Ratu Bulqis mau menyembah Allah. 

Setelah surat itu diterima, maka dibaca isinya lalu memusyawarahkannya dengan pejabat istana. Sebagian dari mereka tidak mau tunduk dan mengatakan lebih perang sebab perkiraannya pasukan ratu Bulqis lebih kuat. Akhirnya keputusan itulah yang diambil ratu Bulqis. 

Namun sebelumnya mengirim pasukannya ke negeri Sulaiman, terlebih dahulu ratu Bulqis mengirimkan utusannya. Dengan demikian ia mengetahui seberapa besar pasukan nabi Sulaiman. Sebelum utusan itu tiba, burung Hud-hud telah mengatakannya pada Sulaiman. Dengan serta merta nabi Sulaiman menyuruh semua rakyatnya menghias negeri. 

Tidak lama setelah penghiasan negeri, datanglah utusan ratu Bulqis. la sangat kagum melihat keindahan dan ketentraman negeri itu. Namun sebagai utusan ia segera pergi ke istana untuk menemui rajanya. 

" Baginda, kami datang untuk damai. Namun biarkan kami menyembah apa yang telah menjadi sesembahan nenek moyang kami. Dan ini sekedar tanda persahabatan kita, "kata utusan itu sambil menyerahkan bingkisan. Nabi Sulaiman sangat tersinggung dengan pemberian hadiah itu. 

" Kami tidak memerlukan hadiah apapun dari ratu kalian. Kami hanya ingin mengajak ratumu menyembah kepada Allah. Jika tidak niscaya aku akan memerangi negerimu, "kata nabi Sulaiman. 

" Jika itu baginda inginkan, izinkan hamba kembali ke negeri Saba' dan merundingkannya dengan ratu, "kata utusan itu dengan kecewa. Lalu pulanglah dia. 

3. Ratu Bulqis Datang Ke Negeri Sulaiman 
Setibanya utusan itu di istana Saba' lalu menceritakan kebesaran kerajaan Sulaiman. la juga menceritakan tentang penolakan hadiah yang dikirimkan ratu Saba' bahkan mengancam akan memeranginya. 

Karena ratu Bulqis tertarik dengan cerita itu, akhirnya memutuskan untuk pergi ke sana sendiri dan melihat dari dekat. lapun mengajak pejabat istana. Namun tanpa setahu dia, tentara Sulaiman yang terdiri dari angin memberi tahukan kedatangan ratu Bulqis. 

" Hal inilah yang kutunggu, sebab aku dapat menaklukkan tanpa peperangan, "pikir nabi Sulaiman. Kemudian ia mengumpulkan semua tentaranya untuk berunding. 

" Siapa yang sanggup mendatangkan singgasana Bulqis sebelum ia datang ke sini ? "tanya nabi Sulaiman. 

" Hamba sanggup mendatangkannya dalam waktu sekejap, "kata Jin dengan penuh keyakinan. 

Kemudian Jin itu disuruh untuk melakukannya. Dan dalam waktu sekejap singgasana Bulqis sudah ada dihadapan nabi Sulaiman. Kemudian singgasana itu dihias sedemikian rupa dan diletakkan pada bagian depan ruangan. 

Tidak lama kemudian pengawal istana memberi tahukan bahwa ratu Bulqis telah tiba. Sulaiman menjemputnya dan mengajak masuk ke dalam. Setelah masuk ke dalam, ratu Bulqis mengangkat roknya hingga kelihatan lututnya. la mengira lantai itu berair. Melihat hal ini nabi Sulaiman menjelaskan bahwa lantai itu adalah marmer (kaca). 

Sesampainya mereka di ruangan dalam, nabi Sulaiman menyuruh duduk di singgasananya sendiri. 

" Wahai Bulqis, masih ingatkah akan kursimu ? "tanya nabi Sulaiman dengan menunjukkan pada singgasana Bulqis. 

" Kursi ini seperti kursiku. Dan ini memang benar-benar kursiku, "kata ratu Bulqis setelah mengamati kursi yang didudukinya. 

Semenjak itulah ratu Bulqis beriman kepada Allah dan mengakui kenabian Sulaiman. Hal itu telah diterangkan dalam Al Qur'an surat An-Naml ayal 44 artinya :

Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat dholim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan semesta Alam. (An Naml: 44) 

4. Nabi Sulaiman Wafat 
Setelah seruannya untuk mengajak ratu Bulqis diterima, nabi Sulaiman pun berkehendak membuat Masjid. Semua bala tentaranya yang berupa jin dan manusia dikerahkan dalam pelaksanaanya.

Namun ketika masjid itu belum selesai, nabi Sulaiman telah meninggal tanpa ada yang mengetahuinya. Hal ini disebabkan nabi Sulaiman masih memegang tongkat dan seakan-akan ia masih mengawasi semua pekerja. 
Betapa kagetnya para pekerja yang terdiri dari manusia dan jin itu setelah tongkat yang dipegang nabi Sulaiman telah kropos dan roboh. Tongkat itu dimakan rayap (anai-anai) sehingga sandaran jenazah nabi Sulaiman sudah tidak kuat dan akibatnya nabi Sulaiman ikut roboh pula. 

Surat Saba' ayat 14


Artinya : " Maka tatkala Kami menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (Saba': 14) "

Demikianlah kisan nabi Sulaiman yang telah berkuasa atas semua makhluk seperti jin, manusia, tumbuhan, binatang. dan manusia. Namun beliau tidak pernah menyombongkan dirinya dan tetap mengajak pada umat Saba’ ke jalan kebenaran.

Sumber : google.com

Kisah Nabi Dawud As

Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Dawud AS - Nabi Dawud merupakan keturunan nabi Ibrahim yang kedua belas dari istrinya Siti Sarah. Dengan demikian ia masih keturunan nabi Ishaq. Beliau memegang tampuk pemerintahan sesudah raja Thalut wafat.

Nabi Dawud diutus Allah untuk membenahi akhlak kaum nabi Musa. Sebab sepeninggal nabi Musa dan Harun, para pengikutnya melupakan semua ajarannya. Sepeninggal kedua nabi itu kaum bani Israil dipimpin oleh Yusa’ bin Nun sampai akhir hayatnya.

Kemudian bani Israil dipimpin seorang nabi Yaitu "Samuel". Allah mengutusnya ditengah-tengah akhlak umat yang sudah porak poranda. Kaum bani Israil menyuruh Samuel untuk memintakan seorang raja yang dapat dijadikan perlindungan. Sebab mereka telah ditindas oleh seorang raja yang dholim.

" Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu, "kata Samuel menerangkan. Mendengar perkataan itu, seluruh Bani Israil mencemooh Thalut sebab ia orang miskin. Namun Samuel menjelaskan tentang diri Thalut sebenarnya. Barulah Bani Israil mengakui pemilihan itu. 

Setelah diangkat menjadi raja, Thalut mengumpulkan bala tentara dan diajarkan bagaimana cara berperang dengan musuh. Setelah semua prajurit tahu cara-caranya, barulah mereka berangkat perang melawan pasukan Thalut. Thalut adalah raja yang menindas bani Israil 

Di tengah perjalanan raja Thalut berpesan pada prajuritnya agar tidak meminum air sungai yang hendak dilaluinya. Karena merupakan ujian dari Allah. 

" Aku ingatkan pada kalian jangan ada yang meminum air sungai yang hendak dilalui. Barang siapa yang minum berarti bukan golonganku. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya. Sebagian dari prajuritnya meminum air sungai. Sedangkan sebagian menuruti perintah rajanya. 

Bagi yang meminum air tersebut merasakan sesuatu pada dirinya. Mereka merasakan keraguan untuk menghadapi musuhnya. Sedangkan yang tidak minum meneruskan perjalanannya. 

" Aku tidak tahan menghadapi Thalut dan pasukannya. Sebab pasukannya terlalu banyak dan kuat, "kata orang-orang yang telah meminum air sungai itu. Namun sebagian lagi memastikan kemenangan sebab Allah akan membantunya. 

Untuk itulah mereka yang telah meminum air sungai ditinggalkan dan yang lainnya tetap meneruskan perjalanannya. Ketika mereka telah berhadap-hadapan dengan pasukan Thalut maka raja Thalut berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami. Dan kokohkanlah pendirian kami, tolonglah kami terhadap orang kafir". 

Dengan selesainya doa itu, maka menyerbulah pasukan Thalut. Meskipun pasukan Thalut lebih banyak dan lebih kuat, namun tidak dapat mengalahkan pasukan Thalut. Sebab pasukan Thalut telah dibantu Allah. Dalam pertempuran itu raja Thalut menemui kematiannya. Dengan demikian kekuasaannya kini dijadikan satu oleh Thalut. 

Demikianlah kisah perjuangan raja Thalut sebelum Dawud menjadi raja, la berusaha mengembalikan kejayaan yang pernah dicapai nabi Musa. 

1. Pengangkatan Dawud Menjadi Nabi dan Rasul 
Ketika peperangan melawan Thalut, maka Dawudpun ikut di dalamnya. Dan Dawudlah yang telah membunuh raja itu dengan ketapel. Kemudian dia diangkat menjadi nabi oleh Allah dengan sebuah kitab yaitu Zabur. Selain itu ia juga diberi mukjizat seperti:
memiliki suara merdu dan dapat merubah besi menjadi baju tanpa ditempa. 

Karena suaranya yang begitu merdu bukan manusia saja yang mengaguminya, namun jin, angin dan binatang serta tumbuhan ikut mengagumi pula. Dan karena ia memiliki tangan yang kuat sehingga mampu menciptakan baju besi tanpa ditempa. 

Nabi Dawud juga disegani kaumnya sebab semua perkara yang serumit apapun pasti dapat diputuskan. Dan semuanya menjadi lega atas putusan nabi Dawud. 

Dalam hal ini Allah telah mengabadikannya dalam Al Qur'an surat Al Anbiyaa' ayat 78 : 


Artinya: Dan ingatlah kisah Dawud dan Sulaiman, di waktu keduanya memutuskan tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. (Al Anbiyaa' 78) 

2. Nabi Dawud Mendirikan Baitul Maqdis Bersama Putranya 
Setelah pengangkatannya menjadi nabi, tidak lama kemudian di negerinya terserang wabah penyakit kholera. Karena keganasannya menyebabkan kematian yang tidak sedikit jumlahnya. Di saat itu pula nabi Dawud dan putranya mendirikan masjid, untuk mempercepat pekerjaannya haruslah dibantu kaumnya. Dan saat itu pula nabi Dawud berdoa agar wabah kholera dihilangkan dari negerinya. 

Berangsur-angsur wabah itu lenyap sehingga rakyat tidak ada lagi yang menderita. Di tempatnya mengucapkan doa itulah akhirnya nabi Dawud clan nabi Sulaiman (anaknya) mendirikan masjid

Sumber : google.com

Kisah Nabi Zulkifli As

Kisah, cerita, dan Sejarah Nabi Zulkifli AS - Zulkifli adalah anak nabi Ayyub. Dengan demikian ia masih cucu nabi Ibrahim. Zulkifli di angkat menjadi nabi dan rasul sesudah ayahnya. Nama kecilnya ialah Basyardan ia termasuk orang yang sabar. 

Sejak kecil hingga dewasa tidak pernah bohong. Semua janji yang diucapkannya selalu ditepati sehingga teman-teman dan orang sangat senang padanya. Bagi orang yang belum mengenal pribadinya lebih jauh akan merasa iba melihatnya. Sebab semua tingka lakunya mencerminkan kebenaran. 

Ketika mendapat cobaan dari Allah ia tidak pernah mengeluh sedikitpun, bahkan Zulkifli lebih mendekatkan dirinya. Kesabarannya telah diabadikan dalam Al Qur'an surat Al Anbiyaa' ayat 85 sampai 86 


Artinya.:
Dan (ingatlah) kisah Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (Al Anbiyaa': 85)
Kami telah memasukkan mereka dalam Rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang salih. (Al Anbiyaa’: 86) 

Kesabaran yang ada pada dirinya kelak membuat ia menjadi raja seperti apa yang telah diucapkan nabi Ibrahim dan nabi Ishaq. Semua keturunannya akan menjadi pemimpin dan panutan bagi kaumnya. 

1. Zulkifli Menjadi Raja 
Adalah raja yang sudah lanjut usianya dan tidak diberi keturunan sama sekali. la sangat bingung dan gelisah mengenai penggantinya kelak. Raja itu adalah pemimpin yang bijaksana. la tidak pernah mementingkan dirinya, semua pikirannya adalah ditumpahkan pada negaranya. 

Suatu hari raja mengadakan sayembara kepada seluruh rakyatnya. Isi sayembara itu ialah untuk memberi kesempatan kepada rakyat agar bisa memimpin negerinya. Persyaratan yang diminta sangatlah berat bagi ukuran rakyat itu sendiri. 

Meskipun demikian raja tetap mengajukan persyaratan itu sebab ia berpikiran jika pada siang hari puasa dan malam hari menjalankan ibadah tentu akan dicontoh rakyatnya. Jika raja yang akan menggantikannya tidak pernah menjalankan persyaratan itu tentulah rakyatnya akan meniru pula. 

Sayembara itu sangat cepat menyebar, sebab diumumkan orang-orang istana, dilanjutkan oleh bawahannya sampai lapisan masyarakat yang paling bawah. 

Dalam waktu singkat berdatangan rakyat menuju istana. Yang datang bukan hanya rakyat biasa namun para pemuka suku dan pejabat juga ikut mencari kesempatan ini. Hadir Zulkifli dengan perasaan tidak menentu. 
Tibalah mereka berkumpul di alun-alun yang luas. Raja sejak pagi ada di sana. Dengan senang ia berdiri dan dan disambut tepuktangan para rakyatnya. 

" Wahai rakyatku, kini usiaku telah tua dan tidak memperoleh seorang keturunanpun. Maka untuk meneruskan kejayaan 

kerajaan ini aku mengambil salah satu dari kalian, "katanya berwibawa. Rakyat yang menghadiri sayembara itu diam tanpa ada berani berisik. Mereka mendengarkan dengan khidmat. 

" Aku tidak ingin raja yang hendak menggantikan kedudukanku dari insan sembarangan. Ketahuilah bahwa titah raja selalu dituruti dan tingkah laku raja akan diikuti oleh rakyatnya. Untuk itulah aku mengajukan persyaratannya, "sambung raja kemudian. 

" Syaratnya ialah pada siang melakukan puasa dan malam hari melakukan ibadah, "kata raja lagi. Raja memberi kesempatan pada rakyat untuk mengangkat tangannya. Namun dari sekian banyak tidak ada yang mengangkat tangannya sama sekali. Mereka beranggapan bahwa persyaratan itu sangat berat. 

Tiba-tiba dari tengah-tengah kerumunan masyarakat ada seorang pemuda yang mengangkat tangannya. Dia adalah Zukifli. 

" Hamba sanggup menjalankan puasa di siang hari dan menjalankan ibadah pada malam hari, "katanya dengan suara lantang agar dapat didengarkan oleh rakyat yang hadir. 

Para hadirin terkejut dengan ucapan Zulkifli. Begitu pula raja yang ada di depannya. la tidak yakin pada kemampuan anak muda itu. Hal ini disebabkan usia Zulkifli masih amat muda bagaimana mungkin ia dapat melakukan persyaratan yang diajukan oleh raja. 

" Hai anak muda, janganlah kau main-main. Sayembara ini adalah untuk kepentingan negeri dan rakyat, "kata raja pada nabi Zulkifli. Dengan tenang Zulkifli melangkah ke hadapan raja. 

"Wahai raja junjungan hamba, saya tidak main-main dengan ucapanku. Saya akan berusaha untuk melakukan persyaratan yang paduka berikan, "kata nabi Zulkifli dengan sungguh-sungguh. 

Semula raja tidak dapat menerimanya karena faktor usianya yang relatif muda. Namun raja juga mempunyai pikiran bahwa anak itu kelak dapat memerintah rakyatnya dengan penuh kebajikan. Sebab dari sekian banyaknya hadirin hanya dia sendiri yang sanggup menjalankan persyaratan itu. 

Akhirnya raja setuju, dan sejak saat itu nabi Zulkifli menjadi raja. Pada siang hari ia melakukan puasa dan malam hari menjalankan ibadah kepada Allah, la ingat pada janjinya di depan raja. 

Raja yang sudah lanjut usia itu sangat senang dengan amal perbuatan nabi Zulkifli. la sangat yakin jika Zulkifli menjadi raja maka rakyatnya mendapatkan kedamaian. Akhirnya raja menghembuskan napasnya yang terakhir dengan tenang. 

Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir raja itu masih berpesan pada Zufkifli agar tetap menjalankan persyaratannya. la masih ragu dengan kemampuan nabi Zulkifli.la khawatir jika sudah meninggal Zulkifli meninggalkan persyaratannya. Nabi Zulkifli bersumpah untuk tetap menjalankan perintah itu. 

Sepeninggal raja, nabi Zuikifli menyusun semua kegiatan rutinnya. Siang hari ia menjaiankan puasa disamping mengurus rakyat. Sedangkan malam hari ia beribadah (shalat). Jam tidur baginya hanya sedikit waktu saja. 
Raja baru ini sangat sabar dalam melakukan ibadah dan puasa. la sangat disenang rakyatnya sebab tidak ada jarak antara keduanya. Setiap tamu yang berkunjung akan ditemaninya. Karena tingkah lakunya seperti itu, maka rakyat hidup dengan tenang. 

2. Iblis Menggoda Zulkifli 
Karena nabi Zulkifli sangat menghormati tamunya, maka iblis mencoba untuk menggodanya. la berpura-pura menjadi tamu di malam hari, ketika raja mau tidur. Sudah menjadi sifat iblis yang tidak suka jika ada orang begitu taat kepada Allah. 

" Siapa yang ada diluar, silahkan masuk! "kata raja setelah shalat. Setelah menunggu agak lama terdengar pintu diketok or­ang. Setelah dipersilahkan masuk oleh raja, tamu itu tidak menjawab sama sekali. 
Seusai dzikir, nabi Dzulkifli mendatangi pintu itu dan membukanya. la sangat heran sebab tidak dijumpai seorangpun. Begitu pintu ditutup kembali maka terdengar ketokan pintu lagi. 

Akhirnya nabi Zulkifli membuka pintu itu dan tidak menutup-nya. la yakin banwa tamu yang hendak bertandang ke rumahnya ada kepentingan yang harus diselesaikan malam itu juga. la mempunyai pikiran seperti itu disebabkan sebelumnya tidak ada tamu yang bertandang pada malam hari. 

Tidak lama kemudian muncullah tamu yang ditunggu-tunggu itu. Terlebih dahulu ia mengucapkan salam dan dibalas dengan ucapan salam juga oleh nabi Zulkifli. 

" Silahkan masuk tuan, "kata nabi Zulkifli mempersilahkan tamunya. Kemudian mereka duduk berhadapan yang dibatasi meja. Zulkifli kemudian menanyakan maksud tamu itu. 

" Apakah ada yang perlu saya bantu sehingga saudara malam-malam bertandang ke sini ? "tanya nabi Zulkifli kepada tamunya. Tamu itu seperti layaknya manusia, ia hanya menundukkan wajahnya. 

" Ampun tuanku, memang ada keperluan yang mendesak sekali sehingga hamba bertamu malam-malam begini. Lagi pula rumah hamba sangat jauh dari sini, jawab tamu itu yang tidak lain adalah syetan. 

" Ceritakan masalah yang sedang kalian hadapi. Siapa tahu aku dapat membantunya, "ujar nabi Zulkifli lagi. Kemudian tamu itu memberikan semua persoalannya. Pada dasarnya tamu itu meminta agar masalahnya dituntaskan malam itu juga. 

" Begini saja, biar penasehatku yang memecahkan masalah ini, "kata nabi Zulkifli sejurus kemudian. Namun tamu itu tetap ngotot agar ia sendiri yang menyelesaikannya. Tamu itu tidak mau orang lain yang mengurusnya. 

" Hamba tidak mau jika orang lain yang menyelesaikan urusanku ini. Hamba ingin tuan sendiri yang menyelesaikannya, "kata tamu itu tetap bersikeras. 

Akhirnya rajalah yang menyelesaikan persoalan tamunya. Tamu itu kelihatan puas, dan rajapun pergi tidur. Namun sebelumnya ia menyuruh agar tamu itu pulang besok pagi saja. Namun betapa terkejutnya nabi Zulkifli ketika pagi buta sudah tidak melihat tamunya lagi. la tahu bahwa tamu semalam adalah syetan. 
Meskipun jam istirahatnya terganggu dengan adanya tamu itu, nabi Zulkifli tidak pernah mengeluh. Sebab punya prinsip tamu adalah berkah. Menolak tamu berarti menolak berkah.

Karena kesabarannya hingga termasuk nabi pilihan di sisi Allah. Hal itu telah diterangkan dalam Al Qur'an surat Shod ayat 48: 

Surat Shood ayat 48

Artinya : Dan ingatlah akan Ismail, liyasa', dan Zulkifli. Mereka semuanya termasuk orang-orang yang baik. (Shod: 48)

Demikianlah kisah nabi Zulkifli menurut Al Qur'an. Hendaknya kesabaran yang dimiliki oleh nabi Zulkifli dapat kita jadikan contoh, sehingga Allah senantiasa memberikan rahmatnya pada kita.

Sumber : google.com

August 04, 2018

Kisah Nabi Ayyub As

بسم الله الرحمن الرحيم

Ayyub ‘alaihis salam adalah seorang nabi yang mulia yang nasabnya sampai kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمِن ذُرِّيَتِهِ دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَى وَهَارُونَ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

Dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) Yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al An’aam: 84)

Sebelumnya Nabi Ayyub memiliki harta yang banyak dengan bermacam jenisnya, seperti: hewan ternak, budak, dan tanah. Ia juga memiliki istri yang saleh dan keturunan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin mengujinya, dan Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa yang ridha dengan ujian tersebut, maka dia mendapatkan keridhaan-Nya dan barangsiapa yang marah terhadap ujian tersebut, maka dia mendapatkan kemurkaan-Nya (sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ no. 2110).

Ayyub adalah orang yang sabar dalam menghadapi ujian tersebut, hartanya yang banyak habis, anak-anaknya meninggal dunia, semua ternaknya binasa, dan Nabi Ayyub ‘alaihis salam sendiri menderita penyakit yang sangat berat, tidak ada satu pun dari anggota badannya kecuali terkena penyakit selain hati dan lisannya yang ia gunakan untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalam menghadapi musibah itu, ia tetap bersabar dan mengharap pahala, serta berdzikir di malam dan siang, pagi dan petang.

Hari pun berlalu, namun tidaklah berlalu hari itu kecuali penderitaan Ayyub semakin berat, dan saat penderitaan yang dialaminya semakin berat, maka kerabatnya menjauhinya, demikian pula kawan-kawannya, tinggallah istrinya yang sabar mengurusnya dan memenuhi haknya. Istrinya terus mengurusnya, dan memenuhi keperluannya, sampai ia rela bekerja dengan upah tidak seberapa untuk menafkahi suaminya.

Ayyub terus merasakan sakitnya, namun ia tetap sabar sambil mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya, sehingga jadilah Ayyub sebagai imam dan teladan dalam kesabaran.

Abu Ya’la dan Al Bazzar meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ أَيُّوبَ كَانَ فِي بَلَائِهِ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً، فَرَفَضَهُ الْقَرِيبُ وَالْبَعِيدُ إِلَّا رَجُلَانِ مِنْ إِخْوَانِهِ، كَانَا مِنْ أَخَصِّ إِخْوَانِهِ كَانَا يَغْدُوَانِ إِلَيْهِ وَيَرُوحَانِ إِلَيْهِ، فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: تَعْلَمُ وَاللَّهِ لَقَدْ أَذْنَبَ أَيُّوبُ ذَنْبًا مَا أَذَنَبَهُ أَحَدٌ. قَالَ صَاحِبُهُ: وَمَا ذَاكَ؟ قَالَ: مُنْذُ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً لَمْ يَرْحَمْهُ اللَّهُ فَيَكْشِفُ اللَّهُ عَنْهُ. فَلَمَّا رَاحَا إِلَيْهِ، لَمْ يَصْبِرِ الرَّجُلُ حَتَّى ذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ، قَالَ أَيُّوبُ: مَا أَدْرِي مَا تَقُولُ، إِلَّا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ أَنِّي كُنْتُ أَمُرُّ عَلَى الرَّجُلَيْنِ يَتَنَازَعَانِ فَيَذْكُرَانِ اللَّهَ، فَأَرْجِعُ إِلَى بَيْتِي فَأُكَفِّرُ عَنْهُمَا، كَرَاهِيَةَ أَنْ يُذْكَرَ اللَّهُ إِلَّا فِي حَقٍّ. قَالَ: وَكَانَ يَخْرُجُ إِلَى حَاجَتِهِ، فَإِذَا قَضَى حَاجَتَهُ أَمْسَكَتِ امْرَأَتُهُ بِيَدِهِ حَتَّى يَبْلُغَ، فَلَمَّا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَبْطَأَ عَلَيْهَا، وَأُوحِيَ إِلَى أَيُّوبَ فِي مَكَانِهِ أَنِ {ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ} [ص: 42] فَاسْتَبْطَأَتْهُ فَتَلَقَّتْهُ يَنْتَظِرُوا، وَأَقْبَلَ عَلَيْهَا قَدْ أَذْهَبَ اللَّهُ مَا بِهِ مِنَ الْبَلَاءِ وَهُوَ عَلَى أَحْسَنِ مَا كَانَ، فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ: أَيْ بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ، هَلْ رَأَيْتَ نَبِيَّ اللَّهِ هَذَا الْمُبْتَلَى؟ وَوَاللَّهِ عَلَى ذَلِكَ مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشْبَهَ بِهِ مُذْ كَانَ صَحِيحًا مِنْكَ. قَالَ: فَإِنِّي أَنَا هُوَ. وَكَانَ لَهُ أَنْدَرَانِ: أَنْدَرُ لِلْقَمْحِ وَأَنْدَرُ لِلشَّعِيرِ، فَبَعَثَ اللَّهُ سَحَابَتَيْنِ، فَلَمَّا كَانَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى أَنْدَرِ الْقَمْحِ فَرَّغَتْ فِيهِ الذَّهَبَ حَتَّى فَاضَ، وَأَفْرَغَتِ الْأُخْرَى عَلَى أَنْدَرِ الشَّعِيرِ الْوَرِقَ حَتَّى فَاضَ» “.(قال الهيثمي: رَوَاهُ أَبُو يَعْلَى وَالْبَزَّارُ، وَرِجَالُ الْبَزَّارِ رِجَالُ الصَّحِيحِ).

“Sesungguhnya Nabi Allah Ayyub mendapat cobaan selama delapan belas tahun, sehingga orang dekat dan jauhnya menjauhinya selain dua orang saudara akrabnya yang sering menjenguk di pagi dan sore.

Lalu salah satunya berkata kepada yang lain, “Engkau tahu, demi Allah, dia telah melakukan dosa yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun.” Kawannya berkata, “Dosa apa itu?” Ia menjawab, “Sudah delapan belas tahun Allah tidak merahmatinya dengan menghilangkan cobaan itu.”

Saat keduanya menjenguknya di sore hari, maka salah satunya tidak sabar sehingga menyampaikan masalah itu kepadanya. Ayyub berkata, “Aku tidak tahu apa yang kamu katakan, hanya saja Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang laki-laki yang bertengkar, lalu keduanya menyebut nama Allah, kemudian aku pulang ke rumahku dan membayarkan kaffarat untuk keduanya karena aku tidak suka kedua orang itu menyebut nama Allah untuk yang tidak hak.”

Beliau juga bersabda, “Nabi Ayyub keluar jika hendak buang hajat. Apabila ia telah selesai buang hajat, maka istrinya menuntunnya sampai ke tempat buang hajat. Suatu hari Nabi Ayyub terlambat dari istrinya, dan diwahyukan kepada Nabi Ayyub di tempatnya, “Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS. Shaad: 42)

Istrinya menunggunya cukup lama, dia menjumpai Ayyub sambil memperhatikannya sedang berjalan ke arahnya, sementara Allah telah menghilangkan penyakitnya, dan Nabi Ayyub dalam keadaan lebih tampan daripada sebelumnya. Saat istrinya melihat, istrinya langsung berkata, “Semoga Allah memberkahimu, apakah engkau melihat Nabi Allah yang sedang diuji ini? Demi Allah, aku tidak melihat seorang pun yang lebih mirip ketika sehat daripada kamu?” Ayyub menjawab, “Akulah orangnya.”

Ayyub memiliki dua tumpukan gandum, yang satu untuk gandum dan yang satu lagi untuk jewawut, lalu Allah mengirimkan dua awan. Saat salah satu dari awan itu berada di atas tumpukan gandum, awan itu menumpahkan emas sehingga melimpah ruah, sedangkan awan yang satu lagi menumpahkan perak ke tumpukan jewawut sehingga melimpah ruah.” (Al Haitsamiy berkata, “Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Al Bazzar. Para perawi Al Bazzar adalah para perawi hadis shahih.” Hadis ini juga dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah, 1:25)

NABI AYYUB SEMBUH DARI SAKIT

Setelah berlalu sekian lama, yaitu delapan belas tahun seperti yang diterangkan dalam hadis di atas, maka Ayyub memohon kepada Tuhannya agar menghilangkan derita yang menimpanya, ia berkata,

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

“(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang.” (QS. Al Anbiyaa’: 83)

Maka Allah mewahyukan kepada Ayyub agar menghentakkan kakinya ke tanah, lalu Ayyub melakukannya, tiba-tiba memancarlah air yang sejuk, kemudian ia mandi daripadanya, lalu Ayyub sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla. Tidak ada satu pun luka dan penyakit yang dirasakannya kecuali sembuh seluruhnya, ia juga meminum air itu, sehingga tidak ada satu penyakit yang ada dalam tubuhnya kecuali keluar dan dirinya kembali sehat seperti sebelumnya sebagai orang yang rupawan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghilangkan penyakit yang menimpa Ayyub dan jasadnya kembali sehat, Dia juga memberikan kekayaan lagi kepadanya, mengembalikan harta dan anaknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَءَاتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ

“Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al Anbiyaa’: 84)

Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Ayyub sebagai teladan dalam kesabaran yang patut ditiru.

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Oleh: Marwan bin Musa

Maraaji’:

Al Qur’anul KarimHidayatul Insan bitafsiril Qur’an (Abu Yahya Marwan)Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs www.islam.aljayyash.net)Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu Katsir, takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy)dll.

Artikel www.KisahMuslim.com

Kisah Nabi Ismail As

KELAHIRAN NABI ISMAIL  ‘ALAIHISSALAM

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ingin sekali memiliki keturunan yang saleh yang beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan membantu urusannya, istrinya yang bernama Sarah pun mengetahui apa yang diharapkan suaminya sedangkan dirinya mandul, maka Sarah memberikan budaknya yang bernama Hajar kepada Ibrahim agar suaminya memiliki anak darinya.

Selanjutnya, Hajar pun hamil dan melahirkan Nabi Ismail yang akan menjadi seorang nabi. Setelah beberapa waktu dari kelahiran Ismail, Allah Subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan Ibrahim pergi membawa Hajar dan Ismail ke Mekah, maka Nabi Ibrahim memenuhi perintah itu dan ia pun pergi membawa keduanya ke Mekah di dekat tempat yang nantinya akan dibangunkan ka’bah.

Tidak lama setelah sampai di sana, Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat tersebut dan ingin kembali ke Syam. Ketika Hajar melihat Nabi Ibrahim pulang, maka Hajar segera mengejarnya dan memegang bajunya sambil berkata, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana? Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apa pun ini?” Hajar terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semua ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar berkata, “Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.”

Kemudian Hajar kembali dan Ibrahim melanjutkan perjalanannya hingga ketika sampai pada sebuah bukit dan mereka tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadap ke arah Ka’bah lalu berdoa untuk mereka dengan mengangkat kedua belah tangannya, dalam doanya ia berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)

Kemudian Hajar mulai menyusui Ismail dan minum dari air persediaan. Hingga ketika air yang ada pada geriba habis, dia menjadi haus, begitu juga anaknya. Lalu dia memandang kepada Ismail sang bayi yang sedang meronta-ronta, kemudian Hajar pergi meninggalkan Ismail dan tidak kuat melihat keadaannya.

Maka dia mendatangi bukit Shafa sebagai gunung yang paling dekat keberadaannya dengannya. Dia berdiri di sana lalu menghadap ke arah lembah dengan harapan dapat melihat orang di sana namun dia tidak melihat seorang pun. Maka dia turun dari bukit Shafa dan ketika sampai di lembah, dia menyingsingkan ujung pakaiannya lalu berusaha keras layaknya seorang manusia yang berjuang keras, hingga ketika dia dapat melewati lembah dan sampai di bukit Marwah lalu berdiri di sana sambil melihat-lihat apakah ada orang di sana namun dia tidak melihat ada seorang pun. Dia melakukan hal itu sebanyak tujuh kali (antara bukit Shafa dan Marwah).

Saat dia berada di puncak Marwah, dia mendengar ada suara, lalu dia berkata dalam hatinya “diamlah” yang Hajar maksud adalah dirinya sendiri. Kemudian dia berusaha mendengarkannya maka dia dapat mendengar suara itu lagi, maka dia berkata, “Engkau telah memperdengarkan suaramu jika engkau bermaksud memberikan bantuan.” Ternyata suara itu adalah suara malaikat Jibril ‘alaihissalam yang berada di dekat zamzam, lantas Jibril mengais air dengan sayapnya hingga air keluar memancar. Akhirnya Hajar dapat minum air dan menyusui anaknya kembali. Kemudian malaikat Jibril berkata kepadanya, “Janganlah kamu takut ditelantarkan, karena di sini adalah rumah Allah, yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.

Hajar terus melalui hidup seperti itu hingga kemudian lewat serombongan orang dari suku Jurhum atau keluarga Jurhum yang datang dari jalur bukit Kadaa’ lalu singgah di bagian bawah Mekah kemudian mereka melihat ada seekor burung sedang terbang berputar-putar. Mereka berkata, “Burung ini pasti berputar karena mengelilingi air padahal kita mengetahui secara pasti bahwa di lembah ini tidak ada air.” Akhirnya mereka mengutus satu atau dua orang yang larinya cepat dan ternyata mereka menemukan ada air. Mereka kembali dan mengabarkan keberadaan air lalu mereka mendatangi air. Saat itu Hajar sedang berada di dekat air. Maka mereka berkata kepada Hajar, “Apakah kamu mengizinkan kami untuk singgah bergabung denganmu di sini?” Ibu Ismail berkata, “Ya boleh, tapi kalian tidak berhak memiliki air.” Mereka berkata, “Baiklah.”

Ibu Ismail menjadi senang atas peristiwa ini karena ada orang-orang yang tinggal bersamanya. Akhirnya mereka pun tinggal di sana dan mengirim utusan kepada keluarga mereka untuk mengajak mereka tinggal bersama-sama di sana. Ketika itu, Nabi Ismail belajar bahasa Arab dari mereka (suku Jurhum), dan Hajar mendidik puteranya dengan pendidikan yang baik serta menanamkan akhlak mulia sampai Ismail agak dewasa dan sudah mampu berusaha bersama ayahnya; Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Selanjutnya, Nabi Ibrahim berkunjung menemui Hajar dan anaknya untuk menghilangkan rasa kangennya kepadanya. Maka pada suatu hari, saat Nabi Ibrahim telah bersama anaknya, ia (Ibrahim) bermimpi bahwa dirinya menyembelih puteranya, yaitu Ismail ‘alaihissalam. Setelah ia bangun dari tidurnya, Ibrahim pun mengetahui bahwa mimpinya itu adalah perintah dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala karena mimpi para nabi adalah hak (benar), maka Nabi Ibrahim mendatangi anaknya dan berbicara berdua bersamanya. Ibrahim berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ismail menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash Shaaffaat: 102)

Nabi Ibrahim membawa anaknya ke Mina, lalu ia taruh kain di atas muka anaknya agar ia (Ibrahim) tidak melihat muka anaknya yang dapat membuatnya terharu, sedangkan Nabi Ismail telah siap menerima keputusan Allah. Ketika Nabi Ibrahim telah membaringkan anaknya di atas pelipisnya dan keduanya telah menampakkan rasa pasrahnya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, maka Ibrahim mendengar seruan Allah Subhaanahu wa Ta’ala, “Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (QS. Ash Shaafffat: 104-106)

Tidak lama setelah ada seruan itu, Nabi Ibrahim melihat malaikat Jibril dengan membawa kambing yang besar. Maka Nabi Ibrahim mengambilnya dan menyembelihnya sebagai ganti dari Ismail.

Dari sinilah asal permulaan sunah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.

Kemudian Nabi Ismail semakin dewasa, ia pun menikah dengan seorang wanita yang tinggal di sekitar sumur Zamzam. Tidak lama kemudian ibu Ismail; Hajar meninggal dunia.

Di kemudian hari Ibrahim datang setelah Ismail menikah untuk mengetahui kabarnya, namun dia tidak menemukan Ismail. Ibrahim bertanya tentang Ismail kepada istri Ismail. Istrinya menjawab, “Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.” Lalu Ibrahim bertanya tentang kehidupan dan keadaan mereka. Istri Ismail menjawab, “Kami mengalami banyak keburukan, hidup kami sempit dan penuh penderitaan yang berat.” Istri Ismail mengadukan kehidupan yang dijalaninya bersama suaminya kepada Ibrahim. Ibrahim berkata, “Nanti apabila suami kamu datang sampaikan salam dariku dan katakan kepadanya agar mengubah palang pintu rumahnya.”

Ketika Ismail datang dia merasakan sesuatu lalu dia bertanya kepada istrinya; “Apakah ada orang yang datang kepadamu?” Istrinya menjawab, “Ya. Tadi ada orang tua begini dan begitu keadaannya datang kepada kami dan dia menanyakan kamu lalu aku terangkan dan dia bertanya kepadaku tentang keadaan kehidupan kita maka aku terangkan bahwa aku hidup dalam kepayahan dan penderitaan.” Ismail bertanya, “Apakah orang itu memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?” Istrinya menjawab, “Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mengubah palang pintu rumahmu.” Ismail berkata, “Dialah ayahku dan sungguh dia telah memerintahkan aku untuk menceraikan kamu, maka kembalilah kamu kepada keluargamu.” Maka Ismail menceraikan istrinya.

Kemudian Ismail menikah lagi dengan seorang wanita lain dari kalangan penduduk yang tinggal di sekitar itu lalu Ibrahim pergi lagi meninggalkan mereka dalam kurun waktu yang dikehendaki Allah. Setelah itu, Ibrahim datang kembali untuk menemui mereka namun dia tidak mendapatkan Ismail hingga akhirnya dia mendatangi istri Ismail lalu bertanya kepadanya tentang Ismail. Istrinya menjawab, “Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.” Lalu Ibrahim bertanya lagi, “Bagaimana keadaan kalian?” Dia bertanya kepada istrinya Ismail tentang kehidupan dan keadaan hidup mereka. Istrinya menjawab, “Kami selalu dalam keadaan baik-baik saja dan cukup.” Istri Ismail juga memuji Allah. Ibrahim bertanya, “Apa makanan kalian?” Istri Ismail menjawab, “Daging.” Ibrahim bertanya lagi, “Apa minuman kalian? Istri Ismail menjawab, “Air.” Maka Ibrahim berdoa, “Ya Allah, berkahilah mereka dalam daging dan air mereka.”

Ibrahim selanjutnya berkata, “Jika nanti suamimu datang, sampaikan salam dariku kepadanya dan perintahkanlah dia agar memperkokoh palang pintu rumahnya.”

Ketika Ismail datang, dia berkata, “Apakah ada orang yang datang kepadamu?” Istrinya menjawab, “Ya. Tadi ada orang tua dengan penampilan sangat baik datang kepada kita dan istrinya memuji Ibrahim. Dia bertanya kepadaku tentang kamu, maka aku terangkan lalu dia bertanya kepadaku tentang keadaan hidup kita, maka aku jawab bahwa aku dalam keadaan baik.” Ismail bertanya, “Apakah orang itu memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?” Istrinya menjawab, “Ya.” Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mempertahankan palang pintu rumahmu.” Ismail berkata, “Dialah ayahku dan palang pintu yang dimaksud adalah kamu. Dia memerintahkanku untuk mempertahankan kamu.”

NABI IBRAHIM DAN NABI ISMAIL MEMBANGUN KA’BAH

Kemudian Ibrahim meninggalkan mereka lagi untuk waktu tertentu sebagaimana dikehendaki Allah, lalu Ibrahim datang kembali setelah itu saat Ismail meruncingkan anak panahnya di bawah kemah dekat zamzam. Ketika dia melihatnya, dia segera menghampirinya dan berbuat sebagaimana layaknya seorang ayah terhadap anaknya dan seorang anak terhadap ayahnya.

Kemudian dia berkata, “Wahai Ismail, Allah memerintahkanku dengan suatu perintah.” Ismail berkata, “Lakukanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu.” Ibrahim berkata lagi, “Apakah kamu akan membantu aku?” Ismail berkata, “Ya, aku akan membantumu.” Ibrahim berkata, “Allah memerintahkan aku agar membangun rumah di tempat ini.”

Ibrahim menunjuk ke suatu tempat yang agak tinggi dibanding sekelilingnya.” Di dekat tempat itulah keduanya meninggikan pondasi Baitullah, Ismail bekerja mengangkut batu-batu sedangkan Ibrahim yang menyusunnya (membangunnya) hingga ketika bangunan sudah tinggi, Ismail datang membawa batu itu lalu meletakkannya untuk Ibrahim agar bisa naik di atasnya sementara Ismail memberikan batu-batu.

Keduanya bekerja sambil mengucapkan kalimat doa, “Wahai Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami sesunggunya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” Keduanya terus saja membangun hingga mengelilingi Baitullah dan keduanya terus membaca doa, “Wahai Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 127).

Setelah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail selesai membangun Ka’bah, maka keduanya berdoa, “Ya Tuhan Kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui–Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji Kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah: 127-128)

Allah Subhaanahu wa Ta’ala memuji Nabi-Nya Ismail ‘alaihissalam dan menyifatinya dengan sifat hilm (santun), sabar, menepati janji, menjaga shalat dan memerintahkan keluarganya menjaga shalat (QS. Maryam: 54-55).

Nabi Ismail menjadi rasul yang diutus kepada kabilah-kabilah yang tinggal di sekitar sumur Zamzam, kabilah Jurhum, ‘Amaliq, dan penduduk Yaman. Allah memberikan wahyu kepadanya. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.” (QS. An Nisaa’: 163)

Nabi Ismail adalah nenek moyang bangsa Arab dan ia adalah orang yang pertama memanah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

ارْمُوا بَنِي إِسْمَاعِيلَ، فَإِنَّ أَبَاكُمْ كَانَ رَامِيًا

Panahlah wahai keturunan Ismail, karena nenek moyangmu adalah seorang pemanah.” (HR. Bukhari)

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Sumber : www.kisahmuslim.com